Badminton World Federation (BWF) kembali coba membuat terobosan agar bulu tangkis bisa semakin dinikmati dan populer di mata dunia. Salah satu tujuan utamanya jelas agar bulu tangkis tetap mendapatkan garansi tempat di Olimpiade yang merupakan pesta olahraga terbesar di dunia. Langkah terbaru mereka saat ini adalah perubahan poin dari mode 21 poin dalam format the best of three menjadi mode 11 poin dalam format the best of five. Keduanya tetap sama-sama menggunakan sistem rally point.
Walau masih dalam tahap uji coba pada turnamen level bawah di beberapa bulan ke depan, rencana perubahan sistem poin ini menarik untuk dicermati dan dikuliti. Bagi bulu tangkis sendiri, jika perubahan ini terlaksana, maka ini akan menjadi perubahan keempat dalam dua dekade terakhir. Perubahan pertama adalah pada saat BWF (dulu IBF) mengubah mode 15 poin (kecuali tunggal putri 11 poin) sistem service over dalam format the best of three menjadi mode 7 poin sistem service over dalam format the best of five pada awal dekade 2000-an.
Namun nyatanya sistem ini hanya bertahan sekitar satu tahun. BWF (IBF) kemudian kembali menggunakan metode sebelumnya yaitu mode poin 15. Namun sepertinya kembalinya format lama hanya sekedar memberikan ruang dan waktu bagi BWF (IBF) untuk berpikir. Terbukti, pada 2005 mereka akhirnya mengumumkan perubahan dari format mode 15 poin menjadi 21 poin dengan sistem rally point dalam format the best of three.
Perubahan pada tahun 2005 ini benar-benar terasa perbedaannya. Yang paling utama jelas soal beralihnya sistem service over menjadi rally point. Alasan yang dikemukakan BWF(IBF) ketika itu adalah perihal durasi waktu yang lebih singkat dan peraturan yang menjadi lebih mudah dimengerti karena setiap bola masuk akan menjadi poin, tidak seperti halnya ada service over, seconde service di metode mode 15 poin sebelumnya.
Dan kini setelah sembilan tahun berselang, BWF kembali menggulirkan rencana untuk mengubah sistem poin. Mode 21 poin dengan format best of three dan sistem rally point akan diubah menjadi mode 11 poin dengan format best of five, tetap dengan sistem rally point. Banyak hal yang bisa disimpulkan dari wacana perubahan yang masih perlu proses panjang untuk menuju pengesahan ini.
Dengan angka finis hanya 11, maka dengan demikian maka durasi pertandingan akan menjadi lebih singkat dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan rata-rata penghitungan kasar, maka permainan lima game di format mode angka 11 tidak akan lebih lama dibandingkan permainan tiga game di format angka 21.
Dengan mode angka 11, diperkirakan durasi terlama sebuah pertandingan yang memakan lima game ada di angka 40-50 menit. Sementara itu untuk waktu tersingkat, jika sebelumnya ada pertandingan yang sudah selesai di durasi 20 menit, maka untuk mode 11 angka, pertandingan yang timpang dan berakhir tiga game langsung boleh jadi akan cepat berakhir dalam belasan menit.
Seperti yang diketahui , BWF sendiri melakukan terobosan ini bukan hanya dengan harapan mempersingkat durasi pertandingan agar nantinya coverage untuk tayangan langsung di televisi lebih mudah. Lebih dari itu, BWF sepertinya ingin membuat pertandingan bulu tangkis lebih menarik dan lebih berimbang dengan memangkas jarak kemampuan antara negara kuat dan negara-negara di bawahnya.
Untuk kasus kemasan pertandingan bulu tangkis lebih menarik, BWF sepertinya memiliki anggapan bahwa dengan poin 21, penonton akan butuh waktu lama untuk menunggu klimaks. Seperti diketahui, mungkin banyak orang berpendapat bahwa bulu tangkis akan seru jika dua lawan yang berhadapan memiliki angka yang rapat jelang game berakhir, misal 18-18 atau 19-19.
Nah, dengan poin hanya 11 angka, maka BWF mulai menimbang apakah dengan jarak dari start menuju akhir game hanya 11 angka akan menciptakan pertandingan yang menarik dan panas sejak awal. Sebagai logika umum, dengan finis di poin 11, maka pemain akan secepatnya tancap gas sejak awal karena garis finis sangatlah dekat.
Perbedaan lainnya yang juga masih menyangkut kemasan pertandingan yang lebih seru, dengan finis di poin 21, rata-rata pertandingan sudah bisa diketahui hasilnya jika seorang pemain mendapat game point dengan selisih enam poin atau lebih. Hanya sedikit contoh kasus dimana keajaiban terjadi dan pemain yang tertinggal lima poin atau lebih mampu menyusul dan memenangkan pertandingan.
Dengan poin 11, seperti yang sudah disebutkan di atas dimana pemain pasti akan berusaha mati-matian sejak awal, maka kemungkinan pemain tertinggal dengan selisih skor terlalu jauh bisa diperkecil. Hal itu terjadi karena tensi pertandingan diyakini sudah panas sejak awal.
Tensi panas sejak awal itu pula yang diyakini bisa membuat perbedaan kekuatan antar negara bisa semakin rapat dan berimbang. Semakin besar jarak menuju finis, maka pemain yang lebih diunggulkan akan lebih diuntungkan karena mereka masih memiliki waktu untuk mengatur ritme jika sempat goyah di awal.
Dengan hanya berjarak 11 angka menuju game, para pemain yang lebih diunggulkan akan menghadapi rintangan yang tidak mudah karena mengambil contoh pada banyak pertandingan bulu tangkis saat ini, biasanya permainan masih berimbang di awal pertandingan dan mulai mengalami perubahan signifikan saat interval game.
Soal coverage, masih harus menunggu perkembangan lebih lanjut apakah dengan durasi yang diperpendek akan membuat bulu tangkis lebih mudah menjual hak siar pertandingan dibandingkan sebelumnya. Soal kemasan pertandingan yang lebih menarik, BWF juga sepertinya masih ingin menilai apakah klimaks benar-benar didapat oleh penonton jika tiap game disudahi di angka 11 atau malah para penonton justru mengalami anti-klimaks karena game menjadi lebih cepat selesai dari yang mereka harapkan.
Kembali ke awal, perubahan poin menuju mode 11 angka ini masih masuk dalam tahap rencana yang akan diujicobakan. Setelah proses uji coba itu, barulah BWF mengadakan rapat dan pertemuan. Entah bagaimana nanti metodenya dan cara apa yang digunakan oleh BWF sebelum akhirnya memutuskan langkah mereka ke depan. BWF sendiri juga menyediakan polling di internet untuk mengetahui bagaimana reaksi publik meskipun belum diketahui sejauh mana pengaruh dari suara masyarakat ini.
Menarik dilihat bagaimana sikap Indonesia dan PBSI terhadap rencana perubahan poin yang sedang digarap BWF ini. Jika tujuannya mempersempit jarak kemampuan Indonesia dengan Cina, sepertinya menyetujui format baru akan menjadi salah satu solusi untuk hal itu. Tapi perlu diingat, pilihan itu tentu beresiko karena Indonesia juga berpeluang lebih mudah disusul oleh negara-negara yang selama ini sejajar ataupun di belakang.
-Putra Permata Tegar Idaman-